January 29, 2007

Kerneh Baru al Azhar

Bagi teman-teman Indonesia, mungkin ini bukan hal baru. Salah satu identitas sebagai mahasiswa di PT (Perguruan Tinggi), ya KTM (Kartu Tanda Mahasiswa). KTM ini kalo bahasa Mesir nya adalah Karnieh, di lafadzkan Masisir (Mahasiswa Indonesia di Mesir) dengan Kerneh.

Mulai dari tiga tahun silam, tepatnya tahun ajaran 2004-2005, Universitas al Azhar Mesir membebankan biaya kuliah kepada seluruh mahasiswanya, tak terkecuali mahasiswa luar negeri seperti kami, Masisir. Meski tak seberapa -dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yang tidak pernah dipungut biaya apapun, kecuali pembelian diktat kuliah- namun biaya kuliah ini cukup memberi suasana 'beda' pada dampak perubahan universitas secara perlahan. Fisik maupun nonfisik.

Pada Perubahan Fisik, Universitas al Azhar yang konon mempunyai luas wilayah lebih dari separuh wilayah milik pemerintah dan perlahan menyempit ini, terlihat telah banyak merenovasi gedung-gedung tuanya dan juga membangun fasilitas-fasilitas baru.

Proyek Kafetaria besar dalam komplek kampus juga baru beberapa tahun dalam hitungan jari saja keberadaannya. Sebelumnya? Ya, sekedar kantin-kantin kecil yang hanya menyediakan makanan sangat ringan sekali dan soft drink. Terletak di sudut-sudut lokal yang nampak sangat memprihatinkan. Penjualnya adalah mereka yang sekaligus bertugas sebagai tukang bersih-bersih gedung.

Sedang Perubahan nonfisik, suasana 'beda' itu terlihat pada mula pertama kali pembayaran ini ditetapkan. Misal saja, suasana antri pembayaran. Budaya antri di Mesir sudah sangat biasa, yang membedakan dengan negara kita adalah tingkat ketertibannya. Loket kampus yang semula mempunyai sedikit fungsi semisal sebagai tempat pengambilan beasiswa al Azhar ini mendadak ramai dengan antrian.

Sebagai pengalaman yang tak terlupakan mahasiswa yang sempat merasakan mula adanya pembayaran ini sangat beragam. Ada yang merelakan antri penuh sesak dengan desakan tubuh orang Mesir yang mayoritas lebih besar daripada ukuran tubuh kita. Ada yang merelakan berdiri berjam-jam dibawah terik matahari Mesir. Ada pula yang rela untuk mendahului antrian dengan datang lebih awal, mungkin dapat dikatakan sangat awal, karena adik kelas saya saat itu sudah kompakan berangkat sebelum waktu subuh! Dan sebagai tambahan, kerneh belum tentu bisa didapatkan tepat pada hari itu juga!

Semua ini dilakukan demi untuk mendapatkan kerneh sebelum tiba waktu ujian, yang isunya harus membawa serta kerneh tersebut saat memasuki ruang ujian. Berbagai cara sistem antrian dibuat sedemikian rupa. Penguasanya ya mereka yang lebih dulu tiba di depan loket. Bahkan sebelum masuk pintu gerbang, ada yang sukarela membagikan kertas nomor antrian. Ada pula satpam yang sempat mengusir kedatangan teman-teman, para pengantri sebelum waktu subuh yang juga sudah berjubel, membludak, dikira mau demo! Oalah....

Saya adalah termasuk mahasiswa yang bisa dikatakan cuek dengan adanya suasana 'beda' itu. Saya tidak pernah merasakan antri berdiri berjam-jam, datang sebelum subuh dan diusir satpam. Tapi sempat saya beberapa hari sebelum waktu ujian ikutan antri dengan sedikit desakan teman-teman Mesir tersebut, karena saya dan teman-teman Asia lainnya membuat format antri tersendiri, sebagian berada tepat di depan loket, sebagian lagi barisan belakang yang menaiki kursi dan fentilasi jendela. *Kebayang gak siy atas deskripsi saya?!* Malahan waktu itu saya akhiri acara antrian dengan mengantarkan adik kelas (anak baru) yang pingsan akibat berdesakan antri! Setelah sudah sempat merasakan antrian dan kerneh tidak didapat hari itu juga, saya sudah tidak peduli lagi. Berniat membawa paspor saja saat ujian, dan memang saya lakukan masa itu. Buktinya, ya... gak masalah;P

Empat tahun sudah berjalan adanya kewajiban biaya kuliah itu. Sedikit demi sedikit suasana 'beda' itu sudah tidak menjadi pemandangan asing dalam penglihatan kami sebagai Masisir. Tapi ada suasana 'beda' lagi yang sedikit membanggakan. *haiyyah!* Pada ruangan administrasi, sudah tidak sedikit adanya komputer dan pegawai-pegawai muda yang lebih energik. Memang sebelumnya?! Ya tulisan tangan yang diarsipkan pada lemari oleh pegawai yang sudah berumur.

Dan itulah satu dari kehebatan al Azhar yang hingga pada era ini masih mempertahankan proses pendokumentasian dengan tulisan tangan, sangat klasik! Tapi jangan coba-coba meremehkan para pegawai yang sudah berumur itu. Mereka mempunyai daya ingat yang kuat sebagaimana mayoritas bangsa Arab lainnya. Mereka dapat menghafal letak dokumen-dokumen mahasiswanya yang berumur lebih dari belasan tahun!

Dengan dimulainya penertiban administrasi dengan komputer, usaha ini membuahkan hasil yang tidak mengecewakan. Seperti kerneh yang saya punyai saat ini, seperti ATM! *Haiiyah, gak usah heran ta! Hehe...* Sebagaimana yang saya tuliskan di awal, mungkin hal ini tidak menjadi sesuatu yang baru bagi teman-teman mahasiswa di Indonesia. Tapi bagi kami, khususnya saya, berharap dengan adanya kerneh baru ini, universitas al Azhar dapat menertibkan segala jenis administrasi dan keperluan tekhnis lainnya. Dari tingkat awal, soal ujian saya tidak pernah diketik, tuch! Setidaknya waktu saya terkurangi beberapa menit untuk dapat menebak-nebak tulisan tangan mereka pada kertas ujian saya yang mirip Hieroglyph!

Sepengetahuan saya, kerneh semacam ini baru hanya dimiliki sebgian mahasiswa al Azhar, seperti yang sudah didapatkan mahasiswa tingkat empat dan lima jurusan Syari'ah wal Qanun (Hukum Islam dan Perundang-undangan Umum)

Memiliki kerneh yang mirip ATM ini, bagi saya mempunyai nilai tersendiri. Boleh juga dibilang sebagai pengobat gengsi seperti manakala ada seorang teman yang berlibur ke Indonesia, dan sempat ayahnya mengetahui dan menanyakan lembaran kertas berukuran sekitar tujuh kali sepuluh sentimeter dengan laminating manual tersebut.
"Itu KTM saya, Pak." Jawabnya.
"Heeeh..?!!!" @#$%^&*=?!!

NB: Narasi peristiwa ini mengambil sampel Kampus al Azhar cewek untuk mendeskripsikan kerneh baru! Kalo di Kampus Cowok malah belum ada yang dapat kerneh baru ya?!

No comments: